Langsung ke konten utama

PUASA IBU HAMIL DAN MENYUSUI? Ustadz Abdul Somad, lc. MA

Pertanyaan: Menurut syariat Islam, musafir dibolehkan untuk tidak berpuasa, kemudian menggantinya di hari lain (di luar Ramadhan) yang disebut dengan puasa Qadha’. Sedangkan orang tua renta yang tidak mampu melaksanakan puasa diberi keringanan dengan membayar Fidyah. Bagaimanakah dengan wanita hamil dan ibu yang menyusui bayinya?

Jawab: Dalam masalah ini ada beberapa pendapat ulama Fiqh sebagaimana yang disebutkan Syekh Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah. Pendapat pertama, jika wanita hamil dan ibu menyusui tersebut tidak berpuasa karena mengkhawatirkan dirinya atau anaknya, maka mereka hanya wajib membayar Fidyah saja, tidak wajib melaksanakan puasa Qadha’. Demikian menurut Ibnu Umar dan Ibnu Abbas. Abu Daud meriwayatkan dari ‘Ikrimah bahwa Ibnu Abbas berkata tentang firman Allah Swt, “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah”. (Qs. Al-Baqarah [2]: 184). “Merupakan rukhshah (keringanan/dispensasi) bagi laki-laki dan perempuan yang telah tua renta, mereka tidak mampu melaksanakan puasa, maka mereka dibolehkan tidak berpuasa, maka setiap satu harinya mereka memberi makan satu orang miskin. Wanita hamil dan ibu menyusui, jika mengkhawatirkan janin atau bayinya, maka mereka (juga) boleh tidak berpuasa dan wajib memberi makanan (fidyah)”. Diriwayatkan juga oleh al-Bazzar, di akhir riwayat terdapat tambahan, Ibnu Abbas pernah berkata kepada seorang ibu hamil, “Kamu sama seperti orang yang tidak kuasa melaksanakan puasa, maka kamu hanya wajib membayar Fidyah, kamu tidak wajib melaksanakan puasa Qadha’. Imam ad-Daraquthni menyatakan Sanadnya shahih. Diriwayatkan dari Nafi’ bahwa Ibnu Umar pernah ditanya tentang wanita hamil jika ia mengkhawatirkan janinnnya. Ibnu Umar menjawab, “Ia boleh tidak berpuasa dan wajib memberi makan kepada orang miskin (Fidyah) satu Mud gandum untuk satu hari”. Diriwayatkan oleh Imam Malik dan al-Baihaqi. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Sesungguhnya Allah Swt menggugurkan kewajiban puasa dan setengah shalat terhadap musafir, dan menggugurkan puasa bagi wanita hamil dan ibu menyusui”. Pendapat kedua, menurut Mazhab Hanafi, Abu ‘Ubaid dan Abu Tsaur: wanita hamil dan ibu menyusui hanya wajib melaksanakan puasa Qadha’ saja, mereka tidak wajib membayar Fidyah. Pendapat ketiga menurut Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Syafi’i bahwa jika wanita hamil dan ibu menyusui tersebut tidak berpuasa karena mengkhawatirkan janin atau bayinya saja, maka mereka boleh tidak berpuasa, mereka wajib melaksanakan puasa Qadha’ dan Fidyah. Jika wanita hamil dan ibu menyusui tersebut tidak berpuasa karena mengkhawatirkan dirinya saja, atau karena mengkhawatirkan dirinya dan bayinya, maka mereka hanya wajib melaksanakan puasa Qadha’ saja, tidak ada kewajiban lain. Demikianlah beberapa pendapat ulama tentang masalah ini, akan tetapi Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu lebih menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa jika wanita hamil dan ibu menyusui tersebut tidak berpuasa karena mengkhawatirkan janin atau bayinya, maka mereka mesti melaksanakan puasa Qadha’ dan juga membayar Fidyah, yaitu memberi satu Mud makanan pokok kepada fakir miskin untuk satu hari. Satu Mud sama dengan 675 gram. Wallahu a’lam. (H. Abdul Somad, Lc., MA.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Modern, Rasionalisme, Empirisme, Renansaisme, dan Idealisme

FILSAFAT MODEREN A. Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern Istilah “modern” muncul bukan tanpa alasan. Kata ini sebetulnya memiliki sejarah yang panjang dan menggemparkan, muncul sebagai simbol antitesis, perlawanan, pemberontakan, dan penolakan terhadap apa yang lampau dan tradisional. Pada umumnya kriteria modern itu adalah apabila ada sesuatu yang baru, lain dengan biasanya, berada dan bukan bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan, tradisi atau adat-istiadat termasuk adat keagamaan, apabila ada gerakan atau dinamika untuk menolak atau meninggalkan hal-hal yang dianggap sebagai masa lalu dan menganut hal-hal yang dianggap baru. B.   Macam-macam Aliran Pemikiran dalam Filsafat Modern dan Tokoh-tokoh 1.        RASIONALISME (DESCARTES – SPINOZA – LEIBNIZ) Rasionalisme adalah paham filsafat yang  mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperol...

Makalah Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam

METODOLOGI STUDI TEOLOGI Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam Dosen pengampu : Samsul Rahmi, M.Hum Penyusun : 1. M.Raihani 2. Muhammad Zein Aqly 3. Mahmud SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI TAHUN AKADEMIK 2017/2018 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat Rahmat, Taufik, Hidayah serta Inayah Nyalah, kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas dari mata Kuliah Metodologi studi islam (MSI) Makalah yang kami susun ini berjudul “Pendekatam Dalam Studi Agama” yang diharapkan dapat memberi pengetahuan yang lebih luas. Makalah ini memuat tentang Pendekatan di Dalam Memahami Agama Seperti kata peribahasa “tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dalam melaksanakan tugas ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sehingga dengan kerendahan hati, kami sangat memerlukan kritik dan sar...

Makalah Filsafat Islam

MAKALAH Metodologi Studi Filsafat Islam Dosen Pengampu: Syamsul Rahmi, M.HUM Di susun oleh: Kelompok 10 (Sepuluh) 1. Jainudin 2. Karni 3. Khalilurrahman 4. Lukman Hakim Jurusan: PENDIDIKAN AGAMA ISLAN Semester: I (Satu) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM  RASYIDIYAH SKHALIDIYAH AMUNTAI TAHUN AKADEMIK 2017/2018 BAB I PENDAHULUAN             Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan  pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan mereka yang bersifat tradisional berpegang teguh pada doktrin ajaran Al-Qur’an dan Hadist secara tekstual, sehingga mereka menolak pemikiran filsafat Islam.             Dengan mengkaji metodologi penelitian  filsafat yang dilakukan para ahli, maka kita dapat meraih kembali kejayaan Islam dibidang ilmu pengetahuan yang pernah dialami pada...